BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan
Studi Islam tidak dapat dipisahkan dari studi-studi lembaga dan kurikulum dalam
suatu proses pendidikan. Dalam pembahasan ini kami akan membahas wilayah besar
yan mempunyai perkembangan Studi Islam di dunia barat, timur dan Indonesia.
Dilihat dari segi kelembagaan, perkembangan studi Islam bermula dari dari
sorogan dan halaqah di rumah-rumah para ‘alim ke system kuttab yang kemudian ke
beralih ke Masjid.
Sejarah Islam merupakan bidang studi
Islam yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana
muslim maupun non muslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat
dapat diperoleh dari penelitian tersebut.Sementara itu, bagi para peneliti
barat mempelajari sejarah Islam selain ditujukan untuk pengembangan ilmu, juga
terkadang dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan kekuatan umat Islam agar
dapat dijajah dsb.
Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai
sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini
terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga
didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya.
Sedangkan para peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga
belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan
dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Aapa yang
dimaksdu dengan pengertian Studi Islam?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan studi Islam di dunia Barat?
3.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan studi Islam di
dunia Timur?
4.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan studi Islam di
Indonesia?
1.3 Tujuan
dan Manfaat Pembahasan
Ada banyak manfaat yang baik dari pembuatan makalah ini,
beberapa diantaranya adalah : menuangkan kreatifitas mahasiswa dalam menuangkan
gagasan pemikirannya (ide-idenya) tentang suatau kajian atau topic yang sudah
dipelajari dan sudah didalami. Adapun tujuan bagi penulis makalah ini di susun untuk memenuhi tugas
yang diberikan dosen dalam mata kuliah Pengantar Studi Islam. Selain itu, bagi
diri kami pribadi makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk penambahan
wawasan yang lebih bagi mahasiswa. Kemudian untuk pembaca diharapkan lebih
memahami arti penting dari pendekatan normatif dalam studi Islam dan juga
diharapkan agar realisi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan yang
semakin baik. Tidak hanya itu diharapkan juga agar pembaca lebih
bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam konteks pembahasan yang
insyaallah sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN STUDI ISLAM
Studi
Islam atau Dirosah Islamiyah (barat dikenal dengan istilah Islamic Studies),
secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam.Dikalangan para ahli masih terdapat perdebatan
tentang Studi Islam (agama). Jika
dilihat dari sisi Normativitas, kurang pas rasanya untuk dikatakan sebagai
disiplin ilmu, karena normativitas studi Islam agaknya terbebani oleh misi
keagamaan yang bersifat subyektif, dan apologis, yang menyebabkan kadar muatan
analisis, kritis, metodologis, histories, empiris, terutama dalam menelaah
teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu
ditonjolkan. Sedangkan bila dilihat dari sisi Historisitas, tampaknya tidaklah
salah . Inilah Islam kalau dilihat secara historisitas yakni Islam dalam arti
yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah
kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu,
yakni ilmu keislaman atau Islam Studies.
B.
SEJARAH
DAN PERTUMBUHAN STUDI
ISLAM DI DUNIA
Pada
zaman awal kelahiran islam,nabi dan para sahabatnya menjadikan masjid sebagai
tempat untuk mempelajari islam,kemudian masjid ini berkembang menjadi pusat
studi islam. Mahmud Yunus yang dikutip oleh Atang Abdul Hakim dan Jaih Muabarok
menjelaskan bahwa pusa-pusat studi islam klasik adalah mekah dan
madinah(Hijaz),basrah dan kufah(irak), damaskus dan palestina(Syam), dan fistat(Mesir), dan lain lain.
Pada
zaman kejayaan islam,studi islam dilakukan di perpustakaan ibu kota negara
baghdad pada zaman Al-Makmum(813-833) putra Harun Ar-Rasyid di istana Dinasti
Bani Abbas didirikan Bait Al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah,
sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda sebagai
perpustakaan serta sebagai lembaga pendidikan(sekolah). Di samping itu
penerjemah karya-karya yunani kuno ke dalam bahasa arab dilakukan untuk
melakukan aselerasi pengembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu di eropa terdapat
pusat kebudayaan yang merupakan tandingan baghdad yaitu Universitas Cordoba
yang didirikan oleh Abdurrahman III(929-961 M) dari dinasti umayyah di spanyol.
Di timur islam baghdad Madrasah Nizhamiyah didirikan oleh perdana menteri Nizham
Al-Mulk dan di kairo Mesir Universitas Al-Azhar didirikan oleh dinasti Fatimiah
dari kalangan syia’h. Dengan demikian pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan pusat studi
islam pada zaman kejayaan islam adalah baghdad,mesir,dan spanyol.
C.
PERKEMBANGAN
STUDI ISLAM DI DUNIA BARAT
1.
Sejarah Perkembangan Islam Di Negara Barat
Kemajuan peradaban barat dimulai pada Periode Pertengahan (1250-1800
M), yang mana peradaban islam pada periode ini mengalami stagnasi. Sedangkan
peradaban barat mengalami perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi sampai sekarang ini. Sebenarnya perkembangan tersebut banyak
dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan islam.Sebagaimana kita ketahui bahwa
Andalusia (Spanyol) pada massa pemerintahan Bani Abbasiyah adalah merupakan
salah satu tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban islam
baik dalam bentuk hubungan politik,sosial,maupun perekonomian dan peradaban
antar negara.
Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Dari pemikiran Ibnu Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang barat untuk
belajar. Diantara pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-Universitas
Islam di Andalusia,seperti Universitas Codova(pendirinya abd Al Rahman III), Seville, Malaga,
Granada dan Salamanca. Selama mereka belajar di lembaga-lembaga
tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya para ilmuan muslim.Pusat
kegiatan terjemahan itu berada di Toledo.Setelah mereka kembali ke negara masing-masing,mereka
mendirikan Sekolah-sekolah dan Universitas. Universitas yang pertama mereka
dirikan di Eropa pada tahun 1231 Masehi.
Jadi sudah jelaslah bahwa latar belakang Berkembanganya Studi Islam
di Dunia Barat adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah
Arabiyah untuk belajar. Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan
karya-karya ilmuan muslim kedalam bahasa latin.Gerakan ini pada akhirnya
menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri yang menyebabkan
Eropa maju.Dengan demikian Andalusia merupakan sumber-sumber cahaya
bagi Eropa dan memberikan kepada benua itu manfaat dari ilmu dan budaya Islam
selama hampir tiga abad.
2.
Perkembangan Studi
Islam Di Dunia Barat
Kajian tentang keislaman di barat sudah ada sejak abad ke-19,
yaitu ketika para sarjana barat mulai tertarik
mempelajari dunia timur, khususnya dunia islam. Memang pada mulanya kajian islam di barat di pelopori oleh para ahli
ketimuran(orientalis), bahkan kalau ditarik lebih jauh lagi ke belakang, sejarah perjumpaan barat-islam di mulai sejak abad ke-13,
ketika sebuah universitas di prancis secara gencar
mempelajari karya-karya islam. Universitas yang menjadi cikal-bakal Universitas
Paris-sorbonne ini, secara intensif menkaji karya-karya para filosof muslim,
seperti ibnu sina, al-farabi dan ibnu Rusyd. Bahkan pemikiran-pemikiran ibnu Rasyd sangat di gandrungi, sehingga mereka membentuk sebuah kelompok studi
yang di sebut sebagai”Averoisme”
Studi tentang keislaman di barat
(yang dilakukan para orientalis) berangkat dari paradigma berfikir bahwa islam
adalah agama yang bisa di teliti dari sudut mana saja dan dengan kebebasan yang
sedemikan rupa. Tidak mengherankan kalau mereka begitu bebasnya menilai,
mengkritik, bahkan melucuti ajaran-ajaran dasar islam yang bagi kaum tabu untuk
di permasalahkan.
Studi yang mereka lakukan meliputi seluruh aspek ajaran islam, seperti
sejarah, hukum, teologi, al-quran, hadis, tasawuf, bahasa, politik dan
kebudayaan. Pemikiran di antara mereka ada yang mengkaji islam meliputi seluruh
aspek tadi, ada juga hanya meneliti satu aspek saja. Sebagai contoh, David
Power pernah meneliti sedalam-dalamnya ayat-ayat Al-Quran sehingga memunculkan
kesimpulan Al-Quran tidak sempurna, antara lain karena tidak adil membagi waris
antara laki-laki dan perempuan. Joseph sechacht pernah meneliti hadis sedemikian rupa sehingga pembaca bisa
tergiring pada kesimpulan bahwa hadis tidak layak menjadi sumber hukum islam
Usaha mempelajari agama
Islam tidak hanya terbatas pada kalangan umat muslim semata, namun dilakukan
pula oleh orang-orang diluar kalangan islam. Orang-orang inilah yang disebut
dengan istilah kaum “Orientalist”. Namun orientasi pembelajaran Islam oleh
kedua kalangan ini tentunya berbeda. Studi Islam yang dilakukan oleh kalangan
umat muslim bermaksud untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran
islam yang kemudian dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup (way of live).
Sementara Studi Islam yang dilakukan oleh kalangan orientalist bermaksud untuk
mempelajari seluk-beluk ajaran islam dan semata-mata menjadikannya sebagai Ilmu
Pengetahuan. Hal ini yang membuat Islam lebih dikenal sebagai sains diduia
barat (sains islam).
3.
Kecendrungan Baru
Studi Islam Di Barat
Sejak dua dekade terahir ,ada kecendrungan baru dalam
kajian islam di barat yang menarik untuk dikaji. Secara umum kajian islam di barat sebelum dekade 70-an diwaranai oleh
sikap “curiga” yang tinggi terhadap islam. Ini terkihat dari karya-karya intelektual orientalis yang
kebanyakan menyudutkan islam atau memperlihatkan warna anti-islam.
Karya-karya orientalis semacam
Goldzhier, Montgomery Watt, HAR Gibb, Richard Bell, Jeffery Arthur, dan lain lain memang terkesan negatif terhadap islam.
Namun dua dekade terahir terlihat arus balik kecendrungan
kajian islam di barat yang mulai ”melunak”.
Motivasi untuk mengkaji islam secara lebih “tanpa
prasangka” dengan kalangan orientalis, terutama muncul dari keinginan universal akan pentingnya
sikap dialogis di kalangan agama-agama besar di dunia.
Kebutuhan saling memahami inilah
yang kemudian menjadi acuan untuk membangun impian sebuah peradaban ideal yang penuh dengan perdamaian,
kebersamaan, harmonis, sikap saling mempercayai yang di dasari atas nilai-niali
spritulitas ”makro” kalangan agama-agama semitis. Perspektif teologi yang mereka gunakan sebagai mediator
kajian analitis terhadap islam justru menambahkan semangat dan pemahaman baru
akan urgensi menyatukan akar-akar tradisi ketuhanan sebagaimana telah di
ajarkan oleh ibrahim, nenek moyang ketiga agama besar di dunia,
yahudi, kristen, Islam.
4.
Pusat-Pusat Kajian
Islam Di Barat
Studi islam di negar-negara barat di selenggarakan di
beberapa negara,anatara lainsebgai berikut.
a)
Kanada
Kajian keislaman
di negara kanada pertama kali dilakukan di McGill University dengan tokoh
utamanya Wilfred Cantwell Smith. Gagasan utama dibukanya kajian ini adalah banyaknya
konflik yang ditimbulkan oleh isu agama. Hal ini menggugah smith untuk membuka pusat kajian agar
para sarjana barat tahu secara benar tentang islam dan sekaligus untuk
mengurangi kesalahpahaman di antara mereka. Pusat kajian ini berkembang menjadi departemen yang menjadi bagian dari McGill University.
Bahkan,untuk lebih memperbanyak
hasil-hasil penenlitian tentang islam ini, departemen ini mengundang para peneliti,
profesor atau guru-guru besar dari berbagai Universitas.
b)
Amerika Serikat
Di amerika,studi-studi islam pada umumnya memang
menekankan pada studi sejarah islam,bahasa islam selain bahasa arab,sastra dan
ilmu-ilmu sosial,yang berada di pusat studi timur tengah atau timur dekat.
Di chicago,kajian islam diselenggarakan di Chicago
University.secara organisatoris,studi islam berada di bawah pusat studi timu
tengah dan jurusan bahasa dan kebudayaan kajian tentang pemikiran islam,bahasa
arab,naskah-naskah klasik,dan bahasa islam non arab.
c)
Inggris
Di inggris,studi islam di gabungkan dalam School of
Oriental and african studies(Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika)yang memiliki
berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di asi dan di afrika.salah satu program
studinya adalah Program MA tentang masyrakat dan budaya islam yang dapat di
lanjutkan ke jenjang doktor.
d)
Belanda
Salah satu ilmuan di sana menyatakan bahwa studi islam di
belanda sampai setelah Perang Dunia II,masih merupakan refleksi dari akar
anggapan bahwa islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan islam sebagai
agama tidak patut di anut. Belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti yang tertulis dalam
berbagai brosur, bahwa studi islam di belanda lebih menekankan pada kajian islam di
indonesia tertentu, tetapi kurang menekankan pada aspek sejarah islam itu
sendiri.
Di
negara ini,kajian islam di lakukan di Universitas Laiden.Universitas ini
merupakan perguruan tinggi yang sangat intens memperjuangkan kajian islam
menjadi kajian di lembaga di Universitas.
e)
Jerman
Di jerman,studi islam di fokuskan pada kajian-kajian
tentang bahasa,budaya dan agama lebih di kenal dengan seminar
orientalis.sebagaimana studi ketimuran pada umumnya,studi islam berdiri sendiri
terlepas dari teologi(termasuk misiologi)dan tidak terpengaruh oleh polemik dan
apologi.sebagai displin ilmu,studi islam berada di bawah Fakultas seni atau di
bawah sub-bagianya(jurusan-jurusan),misalnya studi budaya (Kulturwissenchaft)sebagaimana
yang ada di swedia dan belanda .
f)
Australia
Studi islam di australia di lakukan oleh sebagian orang
indonesia yang bertujuan mengamalkan islam.kajian ini di lakukan di lingkungan
mahasiswa muslim indonesia yang be;ajarv di beberapa universitas di
melbouerne.di sana,mereka tidak bergabung di kelompok pengajian mana pun karena
mereka menganggap satu-satumya tujuan untuk datang ke australia adalah beajar
.pengajian itu bersifat dialektika yang menyangkut topik-topik yang
kontroversial atau mengandung aspek-aspek ilmiah.
5.
Dampak Yang
Ditimbulkan Dari Perkembangan Studi Islam Bagi Dunia Barat.
a) Damapak Positif
Kehadiran Islam di Eropa Spanyol membawa perubahan
dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, terutama dalam aspek peradaban dan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hal ini telah menimbulkan semangat orang
barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang dibawah oleh islam. Al hasil,
maka banyaklah orang barat yang menguasai ilmu pengetahuan dari islam, seperti
ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang (minerologi), meteorology (karya Al
Khazini), dan sebagainya. Sedangkan dibidang teknologi adalah orang barat bisa
membuat berbagai macam alat industri yang dihasilkan dari observasi atau
penelitian. Sekitar abad ke-16 M telah ditemukan sebuah alat perajut kaos kaki.
Kemudian tahun 1733 M John Kay telah berhasil membuat alat tenun baru yang
dapat bekerja lebih cepat dan menghasilkan tenunan yang baik. Pada tahun 1765 M
Hargreaves berhasil membuat alat pintal yang dapat memintal berpuluh-puluh
gulung benang sekaligus. Kemudian sekitar tahun 1780 M terjadi revolusi
industri di Inggris, seperti ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun
1769 M dan alat tenun oleh Cartwright tahun 1785 M yang menyebabkan Inggris
menjadi negara industri maju.
b)
Dampak Negatif
Diatas telah kami jelaskan, bagaimana dampak positif
dari perkembangan studi Islam di dunia barat. Perlu diketahui disamping adanya
dampak positif, ada juga dampak negatif yang ditimbulkannya.Adapun dampak
negatif itu adalah dapat kami uraikan sebagai berikut :
1) Setelah bangsa barat menjadi
bangsa yang maju dan telah mengalami revolusi dibidang industri. Maka mereka
mendapati masalah kekurangan bahan baku dalam kegiatan industrinya.
Kemudian untuk mencari jalan keluarnya mereka berlomba-lomba mencari di dunia
Timur, yang kebanyakan dikuasai oleh pemerintahan muslim. Di samping itu,
mereka juga memerlukan tempat pemasaran baru bagi hasil industrinya ke
negara-negara Timur. Sebagai akibatnya, banyak negara-negara Barat datang
kedunia Timur dan terjadilah Ekspansi besar-besaran dalam bidang social,
politik, ekonomi dan sebagainya. Di waktu itulah terjadi suatu massa kolonial
dan imperial, yaitu massa dimana bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan
terhadap dunia Timur, khususnya dunia muslim.
2) Rupanya dampak negatif yang
kedua ini adalah bagaikan kacang lupa kulitnya. Saya kira istilah
ini memang pantas ditunjukkan pada orang barat,karena kenapa ? mereka sungguh
tidak tahu diri. Ilmu yang berkembang di Dunia Barat itu adalah dari islam,
akan tetapi mereka mengingkarinya, mereka tidak mengakui. Malahan mereka
mengaku ilmu tersebut berasal dari peradaban lain, bukan dari peradaban islam.
Ada seorang sarjana bernama Max Dimont mengatakan bahwa orang Barat itu
menderita Narcisisme, yaitu mereka mengagumi diri mereka sendiri,
dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya kepada bangsa-bangsa
lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan itu adalah warisan
dari Yunani dan Romawi.
D.
PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA TIMUR
Studi Islam di dunia
Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim
dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut
adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim.
Akhir periode Madinah
sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid
dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad
ke 5 H, selama periode khalifah ‘Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di
kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari
matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual,
ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem
madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan
diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk
mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.
Pengaruh al-Ghazali
(1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu
umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni
Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi
tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo
Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko. Sejarah
singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:
1. Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi
Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. perguruan tinggi ini
dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni
Bait-al-Hikmat, yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). salah seorang ulama
besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid
al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali.
Perguruan tinggi
tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada
akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan
pada tahun 1258 M.
2.
Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari
al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan
kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah
khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun pepustakaan terbesar di
al-Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberri nama
Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di
Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171
M daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang
mendirikan Daulat al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali
kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi al-Azhar
lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni.
Ternyata Perguruan Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni
sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.
Universitas al-Azhar
dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan
kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang
ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di
universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas
agama.
3. Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah
singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah
semenanjung Iberia yang sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah
menjadi daerahyang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi
pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The
Historians history of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa
pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut: demikian tulis buku sejarah
terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu yang merupakan pusat
intelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai
contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M,
dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematik.
Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova.
Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
4. Kairwan Amir Nizam al-Muluk di
Maroko
Perguruan tinggi ini
berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M oleh
puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan
(Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada
pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan
perkembangannya berada dibawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti halnya
Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup sampai
kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim
terkenal.
Penyebab utama
kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya
kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam
kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad
sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M.
Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.
E.
PERKEMBANGAN STUDI
ISLAM DI INDONESIA
Pendidikan Islam mulai dan
berkembang pada awal abad ke-20 Masehi dengan berdirinya madrasah Islamiyah
yang bersifat formal. Yang melatar belakangi munculnya lembaga Pendidikan Islam
di Indonesia yaitu pada awal perkembangan Islam di Indonesia, masjid merupakan
satu-satunya pusat berbagai kegiatan, baik kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan,
termasuk kegiatan pendidikan. Bahkan kegiatan pendidikan yang berlangsung di
masjid dan masih bersifat sederhana kala itu sangat dirasakan oleh masyarakat
muslim, maka tidak mengherankan apabila mereka menaruh harapan besar kepada
masjid sebagai tempat yang bisa membangun masyarakat muslim yang lebih baik.
Awal mulanya masjid mampu menampung
kegiatan pendidikan yang diperlukan masyarakat. Namun karena terbatasnya tempat
dan ruang, mulai dirasakan tidak dapat menampung animo masyarakat yang ingin
belajar. Maka dilakukanlah berbagai pengembangan secara bertahap hingga
berdirinya lembaga pendidikan Islam yang secara khusus berfungsi sebagai sarana
menampung kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan masyarakat saat itu.
Dari sinilah mulai muncul istilah surau, meunasah dan pesantren.
1. Surau
Istilah surau sebagai
lembaga pendidikan Islam muncul di Minangkabau, bahkan istilah ini sudah
dikenal sebelum datangnya Islam. Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah
kepunyaan suku atau kaum sebagai pelengkap rumah gadang yang berfungsi sebagai
tempat bertemu, berkumpul, rapat, dan tempat tidur bagi anak laki-laki yang
telah akil baligh dan orangtua yang uzur.
Setelah Islam datang,
fungsi surau tidak berubah, hanya saja fungsi keagamaannya semakin penting yang
diperkenalkan pertama kali oleh Syeikh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman. Pada
masa itu, eksistensi surau di samping sebagai tempat shalat juga digunakan
Syekh Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan ajaran Islam, khususnya tarekat
(suluk) yang dikenal dengan nama tarekat Sattariyah. Melalui tarekat ini, Syekh
Burhanuddin menanamkan ajaran Islam kepada masyarakat luas di sekitar
Minangkabau.
Semula, lembaga
pendidikan surau ini hanya mengajarkan metode membaca Al-Qur’an dan beberapa
ilmu Islam seperti aqidah, akhlak, dan ibadah. Namun
secara bertahap sesuai perkembangan zaman, eksistensi surau sebagai lembaga
pendidikan Islam mengalami kemajuan, termasuk waktu pelaksanaan kegiatan
belajar tidak lagi hanya pada malam hari saja, tapi sudah dilakukan pada siang
hari. Dan sedikitnya ada dua jenjang pendidikan surau pada era ini, yaitu:
1) Pengajaran
Al-Qur’an
Untuk mempelajari
Al-Qur’an ada dua macam tingkatan, yakni
a.
Pendidikan Rendah, materi pelajaran pada pendidikan rendah ini mencakup:
pelajaran
memahami ejaan huruf Al-Qur’an dan membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan dengan
metode praktik dan latihan
2) Pelajaran
cara berwudhu dan tata cara shalat yang dilakukan dengan metode praktik dan
menghafal
3) Pelajaran tentang
keimanan, terutama yang berhubungan dengan sifat dua puluh yang dipelajari
dengan metode menghafal melalui lagu
3. pelajaran akhlak yang dilakukan dengan metode cerita
tentang Nabi-Nabi dan orang-orang shaleh.
b.
Pendidikan Atas
Materi pelajaran pada
pendidikan atas ini mencakup pendidikan membaca Al-Qur’an dengan lagu, kasidah,
barzanji, tajwid, dan kitab perukunan. Lama
pendidikan untuk kedua jenis pendidikan tersebut tidak ditentukan. Seorang
siswa baru dapat dikatakan tamat bila ia telah mampu menguasai setiap materi yang
diajarkan dengan baik.
2) Pengajian
Kitab
Materi pendidikan pada
jenjang ini meliputi: ilmu nahwu dan shorf, ilmu fikih, ilmu tafsir, dan
ilmu-ilmu lainnya. Metode pengajarannya adalah dengan membaca sebuah Kitab Arab
dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, setelah itu baru diterangkan
maksudnya. Adapun penekanan pembelajaran pada jenjang ini mengandalkan kekuatan
hafalan. Maka agar siswa mampu menghafal dengan cepat, metode pengajarannya
dilakukan melalui cara melafalkan materi dengan lagu-lagu.
Sebagai lembaga
pendidikan Islam, posisi surau sangat strategis baik dalam proses pengembangan
Islam maupun pemahaman terhadap ajaran-ajaran Islam. Bahkan surau telah mampu
mencetak para ulama besar Minangkabau dan menumbuhkan semangat nasionalisme, terutama
dalam mengusir penjajah Belanda. Namun, seiring perkembangan zaman, metode
pengajaran surau dianggap sudah ketinggalan zaman, sehingga harus
dimodernisasi. Maka tak heran, bila pendidikan surau saat ini sangat sulit
dijumpai.
2. Meunasah
Istilah meunasah sebagai
lembaga pendidikan Islam dikenal pada masyarakat Aceh. Sebagian orang
mengatakan bahwa istilah meunasah ini berasal dari kata Arab, yaitu Madrasah.
Meunasah secara fisik merupakan satu bangunan yang terdapat di setiap gampong
yang berbentuk seperti rumah panggung tetapi tidak mempunyai jendela dan
bagian-bagian lain. Bangunan ini digunakan sebagai tempat belajar dan
berdiskusi serta membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan
kemasyarakatan. Sama seperti kebiasaan anak laki-laki di Minangkabau yang
tinggal di surau, maka para anak muda serta laki-laki yang belum menikah di
Aceh juga menjadikan meunasah sebagai tempat bermalam mereka. Di sinilah
anak-anak sejak usia dini di gampong, dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan
agama dan kemasyarakatan.
Meunasah dipimpin oleh
seorang teungku meunasah. Biasanya, setiap kampung di Aceh memiliki minimal
satu meunasah. Gampong yang memiliki beberapa meunasah, tetap dipimpin oleh
satu teungku, sebagai pasangan dua sejoli dengan keuchik. Maksudnya, walau
dalam gampong terdapat beberapa meunasah, kedudukan keuchik dan teungku
meunasah tetap seperti ayah dan ibu (yah dan ma) yang memiliki tugas dan
wewenang masing-masing serta saling membantu satu sama lain.
Mengenai peran meunasah,
Syofwan Idris (2001) sebagaimana yang dikutip oleh Sulaiman Tripa dalam artikel
yang dimuat di http://www.acehinstitute.org menyebutkan bahwa Meunasah
sebenarnya bukan saja lembaga pendidikan tetapi merupakan lembaga yang banyak
sekali fungsinya dalam masyarakat gampong. Di sini orang mengaji, berjama’ah,
bermusyawarah, mengadili pencuri, mengadakan dakwah, mengadakan kenduri,
sebagai pos keamanan dan tempat tidur anak muda yang belum kawin, dan duda yang
berpisah dengan isterinya. Dan lembaga seperti ini memberikan pendidikan yang
sangat komprehensif, aktual dan terpadu kepada anak-anak.
Sebenarnya dalam budaya
adat Aceh, peran meunasah dan masjid merupakan satu kesatuan yang tak pernah
bisa dipisahkan. Kedua lembaga ini merupakan simbol/logo identitas keacehan
yang telah berkontribusi fungsinya membangun pola dasar SDM masyarakat menjadi
satu kekuatan semangat yang monumental, historis, herois dan sakralis. Fungsi
lembaga ini memiliki muatan nilai-nilai aspiratif, energis, Islamis, menjadi
sumber inspiratif, semangat masyarakat membangun penegakan keadilan dan
kemakmuran serta menentang kedhaliman dan penjajahan. Fungsi-fungsi itu antara
lain :
- Fungsi Meunasah, sebagai tempat
ibadah/shalat berjamaah; dakwah dan diskusi; musyawarah/mufakat;
penyelesaian sengketa/damai; pengembangan kreasi seni; pembinaan dan posko
generasi muda; forum asah terampil/olahraga; serta sebagai pusat
ibukota/pemerintahan gampong.
- Fungsi Mesjid, sebagai tempat
ibadah/Jum`at; pengajian pendidikan; musyawarah/ penyelesaian
sengketa/damai; dakwah; pusat kajian dan sebaran ilmu; acara pernikahan;
serta sebagai simbol persatuan dan kesatuan umat.
Dari poin-poin di atas
menunjukkan bahwa fungsi meunasah dan masjid memiliki peran yang sama, yakni
sebagai lembaga pengkaderan dan pembinaan umat yang diharapkan mampu melahirkan
generasi serta masyarakat berkualitas guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat
yang aman damai, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Sebagai lembaga
pendidikan tingkat dasar, keberadaan meunasah sangat mempunyai arti di Aceh.
Semua orangtua memasukkan anaknya ke meunasah. Dengan kata lain, meunasah
merupakan madrasah wajib belajar bagi masyarakat Aceh masa lalu. Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan apabila orang Aceh mempunyai fanatisme agama yang
tinggi. Dan bahkan hingga saat ini, eksistensi meunasah tetap dipertahankan
sebagai lembaga pendidikan Islam non formal.
Selain meunasah, di Aceh
juga sudah ada dan berkembang sejak lama lembaga pendidikan Islam yang bernama
“Dayah”. Dayah adalah kata yang digunakan untuk sebuah lembaga pendidikan Islam
yang sama dan setara dengan pesantren. Dan sehubungan dengan kesamaan makna dan
fungsi antara dayah dan pesantren, maka untuk pembahasan mengenai “dayah” akan
penulis rangkumkan dalam pembahasan pesantren.
3. Pesantren
Menurut asal katanya,
pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran
an yang menunjukkan tempat. Dengan demikian, pesantren artinya tempat para
santri. Sedangkan menurut Sudjoko Prasojo bahwa Pesantren adalah lembaga
pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara non-klasikal, dimana
seorang kiayi mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan
para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Bagi
masyarakat Aceh, istilah pesantren lebih dikenal dengan nama “dayah”.
Pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam asli Indonesia dan memiliki akar sangat kuat dalam kehidupan
masyarakat. Keberadaan sistem pendidikan pesantren bahkan telah ada jauh
sebelum kedatangan Islam di negeri ini, yaitu pada masa Hindu-Budha. Pada saat
itu pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang berfungsi mencetak
elit agama Hindu-Budha. Sehingga dalam hal ini tak heran bila C.C. Berg
berpendapat bahwa istilah “santri” itu berasal kata India Shastri, berarti
orang-orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana ahli
kitab suci Agama Hindu. Kata Shastri sendiri berasal dari kata shastra yang
berarti buku-buku suci, buku-buku Agama atau pengetahuan. Terlepas benar
tidaknya istilah tersebut, yang jelas kehadiran lembaga pendidikan pesantren
tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat Islam hingga saat ini, serta telah
menjadi pusat berlangsungnya proses pembelajaran ilmu-ilmu keislaman bagi
masyarakat Indonesia. Bahkan dalam perspektif kependidikan, pesantren merupakan
satu-satunya lembaga pendidikan yang tahan terhadap berbagai arus modernisasi.
Dengan kata lain, pesantren dapat memposisikan dirinya sebagai lembaga
pendidikan yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dengan sistem
pendidikan modern yang bermunculan dari waktu ke waktu.
Bertitik tolak dari akar
sejarah pesantren atau sebut saja asal-usul pesantren tidak bisa dipisahkan
dari sejarah pengaruh Walisongo abad 15-16 di Jawa. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang unik di Indonesia. Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar
Islam di Jawa abad 16 – 15 yang telah berhasil mengkombinasikan aspek-aspek
sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat. Keunikan yang
dimaksud adalah
Hampir semua pesantren di
Indonesia ini dalam mengembangkan pendidikan kepesantrenannya berkiblat pada
ajaran Walisongo. Kemudian seiring perkembangan zaman dan keilmuwan yang
dimiliki oleh para pendiri pesantren sesudahnya, maka corak pesantren-pesantren
di Indonesia mulai terlihat bervariasi.
Meski begitu, secara umum
ciri-ciri pesantren dapat kita lihat sebagai berikut:
1. ada Kiyai, yang mengajar dan mendidik;
2. ada santri, yang belajar dari kiyai;
3. ada masjid, tempat untuk menyelenggarakan pendidikan,
shalat berjamaah dan sebagainya; dan
4. ada pondok, tempat untuk tinggal para santri.
Di samping ciri-ciri di
atas, ada juga pesantren yang memiliki fasilitas-fasilitas pendukung lainnya,
seperti sarana olahraga dan ruang keterampilan dan pelatihan, yang tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pesantren itu sendiri.
Mengenai materi pelajaran
dan metode pengajaran, biasanya pesantren mengajarkan kitab-kitab dalam bahasa
Arab, materi
tersebut mencakup pelajaran Al-Qur’an, tajwid serta tafsir, aqa’id dan ilmu
kalam, fiqih dan ushul fiqh, hadits dan musthalahul hadits, bahasa Arab dengan
ilmu-ilmu qawaidhnya, tarikh, mantiq dan tasawuf. Dan metode yang digunakan
adalah metode ceramah, hafalan, bahkan ada juga yang menggunakan sistem
klasikal dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Di beberapa pesantren, ada
yang selain memberikan pelajaran dan pendidikan agama, juga memberikan wiridan,
seperti Naqsabandiyah, Syatariyah, dan lain-lain. Ada pula yang menambahkan
kegiatan-kegiatan di luar pendidikan formal, seperti pramuka, ketrampilan,
olahraga dan sebagainya, sesuai kemampuan masing-masing pondok pesantren. Meski
begitu, satu hal yang sama dari pondok-pondok pesantren tersebut adalah pada
penekanan pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang menjadi ciri khas dari
pesantren tersebut.
Selain itu, ada beberapa
ciri dan keunikan yang sangat menonjol dalam kehidupan pesantren, sehingga
membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya. Sedikitnya ada delapan ciri
pendidikan pesantren tersebut, yaitu:
- Adanya hubungan yang akrab antara
santri dan kiayi.
- Tunduknya santri kepada kiyai.
- Hidup hemat dan sederhana.
- Semangat hidup mandiri.
- Jiwa tolong menolong dan suasana
persaudaraan.
- Penekanan pada pendidikan disiplin.
- Berani menderita untuk mencapai suatu
tujuan.
- Santri memperoleh kehidupan agama yang
baik
b)
Lembaga Pendidikan Islam sesudah Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai
Departemen Agama, maka secara instantional Departemen Agama diserahi kewajiban
dan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan agama
dalam lembaga-lembaga tersebut. Lembaga pendidikan agama islam ada yang
berstatus negeri dan ada yang berstatus swasta seperti :
1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Tingkat
Dasar)
2.
Madrasah Tsawiyah Negeri (Tingkat Menengah Pertama)
3.
Madrasah Aliyah Negeri (tingkat Menengah Atas). Dahulunya berupa Sekolah Guru
dan Hakim Agama (SGHA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN)
4.
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kemudian berubah menjadi IAIN
(Institut Agama Islam Negeri)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan
studi Islam di dunia barat, disebabkan oleh adanya kontak langsung antara orang
barat dengan orang islam, adanya pelajar barat yang belajar kedunia islam dan
adanya gerakan penerjemahan kitab. Islam lebih dikenal didunia barat adalah
sebagai Sains daripada Studi. Salah satu contoh
kemajuan ilmu pengetahuan dunia barat adalah adanya Ekspedisi Napoleon ke
Mesir.
Kmudian Pada perkembangan sejarah studi Islam di dunia timur muncul
perguruan tinggi yang terkenal dan sebagian daripadanya masih eksis sampai
sekarang ini seperti al-Azhar di Kairo Mesir dan perguruan tinggi Kairwan
di Maroko. Dari perguruan Tinggi tersebut terdapat alumni yang merupakan pejuang
nasionalis muslim yang terkenal. Penyebab
utama kemunduran dunia muslim khususnya dibidang ilmu pengetahuan adalah
terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian
dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib.
Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258
M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan oleh Hulaghu.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan baik
dari isi dan cara penulisan. Untuk itu kami sebagai penulis mohon maaf apabila
pembaca tidak merasa puas dengan hasil yang kami sajikan, dan kritik beserta
saran juga kami harapkan agar dapat menambah wawasan untuk memperbaiki
penulisan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nata , Abuddin . 2004. Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: Raja Grapindo Persada)
2. Jamali, Al Fadhil.
1992. Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam. (Jakarta:Golden
Terayon Press).
3. Murodi, 2003. Sejarah
Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya Toha
Putra Semarang)
4. Qardhawi,Yusuf. 1997. Berita
Kemenangan Islam, (Jakarta : Gema Insani Press)
5. Abd. Hakim, Atang, Drs., MA., dkk, Metodologi Studi Islam,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2008.
6. Nasution,
Khoruddin, Dr., MA., Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA.
2004.
7. Nata,
Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar