Kamis, 12 April 2018

Stratifikasi Sosial

 Latar Belakang
Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu pula dengan sesuatu yang dihargai oleh masyarakat tersebut. Dengan kata lain, sesuatu yang dihargai dalam sebuah komunitas masyarakat akan menciptakan pamisahan lapisan atau kedudukan seseorang tersebut di dalam masyarakat. Pada kajian yang dibahas dalam makalah ini, yaitu stratifikasi sosial yang terjadi antara masyarakat kuno dan modern, kita akan dapat menemukan perbedaan yang terjadi di dalamnya, menarik sebuah kesimpulan yang terjadi akibat stratifikasi sosial.
Secara umum dapat kita pahami bahwa stratifikasi sosial yang terjadi pada zaman kuno dan modern adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.  Membutuhkan sebuah kajian yang berguna untuk menindak lanjuti dampak-dampak yang berasal dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.   Mengambil pembahasan tentang stratifikasi sosial karena sudah di tentukan dari awal oleh guru bidang studinya.

Stratifikasi Sosial
A.  Konsep Dasar Stratifikasi Sosial
Ø  Pengertian mengenai stratifikasi social
            Stratifikasi merupakan hasil kebiasaan hubungan antarmanusia secara teratur dan tersusun, sehingga setiap orang mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang lain secara vertical maupun mendatar dalam masyarakatnya. Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat. Atau definisi stratifikasi sosial yaitu merupakan suatu pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi sosial atau disebut juga dengan pelapisan sosial telah dikenal saat manusia menjalankan kehidupan. Terbentuknya stratifikasi sosial yaitu dari hasil kebiasaan manusia seperti berkomunikasi, berhubungan atau bersosialisasi satu sama lain secara teratur maupun tersusun, baik itu secara individual maupun berkelompok. Tapi apapun wujudnya dalam kehidupan bersama sangat memerlukan penataan serta organisasi, dalam rangka penataan pada kehidupan inilah yang pada akhirnya akan terbentuk sedikit-demi sedikit stratifikasi sosial.
Ø  Terjadinya stratifikasi social
            Terjadinya stratifikasi social yaitu bermula dari peranan dalam masyarakat luas yang ditinjau dari situasi, situasi sendiri mempunyai 2 segi yaitu segi subyektif dan obyektif. Subyektif disini mempunyai arti penilaian pribadi, sesuai interprestasi dan konsep pribadi. Sedangkan obyektif ialah penilaian oleh masyarakat yang ditentukan oleh factor kebudayaannya.
Ø  Unsur-unsur dalam stratifikasi Sosial
Unsur-unsur yang mewujudkan sistem lapisan masyarakat dalam teori sosiologi adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku pada lapisan, dan mempunyai arti ayang penting dalam sistem sosial.
·         Kedudukan (status)
Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam kelompok sosial. Kedudukan sosial, artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakat berkaitan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu. Sesorang dapat mempunyai kedudukan karena ia ikut dalam berbagai pola kehidupan. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :
1.Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
2.Achived-status adalah kedudukan yang telah dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung pada masing-masing seseorang dalam mengejar dan mencapai tujuannya.
·         Peranan Sosial (role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, ia dianggap telah menjalakan suatu peranan. Pentingnya peranan adalah karena ia telah mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan yang melakat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat orang tersebut dalam organisasi. Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi seseorang mendudukui suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
B.     Bentuk-bentuk stratifikasi sosial :
a. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi
Stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi akan membedakan penduduk atau warga masyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini ada golongan orang-orang yang didasarkan pada pemilikan tanah, serta ada yang didasarkan pada kegiatannya di bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapan. Dengan kata lain, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke dalam berbagai lapisan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Menurut Max Webber, stratifikasi sosial berdasarkan criteria ekonomi membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas yang didasarkan pada pemilikan tanah dan benda-benda. Kelaskelas tersebut adalah kelas atas (upper class), kelas menegah (middle class), dan kelas bawah (lower class). Satu hal yang perlu diingat bahwa stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ekonomi ini bersifat terbuka. Artinya memungkinkan seseorang yang berada pada kelas bawah untuk naik ke kelas atas, dan sebaliknya memungkinkan seseorang yang berada pada kelas atas untuk turun ke kelas bawah atau kelas yang lebih rendah.
Hal ini tergantung pada kecakapan dan keuletan orang yang bersangkutan. Salah satu     contoh stratifikasi sosial berdasarkan factor ekonomi adalah pemilikan tanah di lingkungan pertanian pada masyarakat Indonesia. Wujud stratifikasi sosialnya adalah petani pemilik tanah, petani penyewa dan penggarap, serta buruh tani.
b. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial
Pada umumnya, stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ini bersifat tertutup. Stratifikasi sosial demikian umumnya terdapat dalam masyarakat feodal, masyarakat kasta, dan masyarakat rasial
1.   Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Feodal
              Masyarakat feodal merupakan masyarakat pada situasi praindustri, yang menurut sejarahnya merupakan perubahan dari ikatan budak atau hamba sahaya dengan tuan tanah. Hubungan antara kedua golongan itu menjadi hubungan antara yang memerintah dengan yan diperintah, dan interaksinya sangat terbatas. Kemudian semangat feodalisme ini oleh kaum penjajah diterapkan di Indonesia dan terjadilah perpecahan antargolongan, sehingga pada masyarakat feodal terjadi stratifikasi social sebagai berikut.
a) Golongan atas, terdiri dari keturunan raja dan ningrat.
b) Golongan menengah, terdiri dari golongan prajurit dan pegawai pemerintahan.
c) Golongan bawah, terdiri dari golongan rakyat biasa.
2.      Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Kasta
              Masyarakat kasta menuntut pembedaan antargolongan yang lebih tegas lagi. Hubungan antargolongan adalah tabu, tertutup, bahkan dapat dihukum masyarakatnya. Hal demikian terjadi pada masyarakat kasta di India. Istilah untuk kasta di India adalah yati, dan sistemnya disebut dengan varna. Menurut kitab Reg Weda dalam masyarakat India Kuno dijumpai empat varna yang tersusun secara hierarkis dari atas ke bawah, yaitu brahmana, ksatria, vaisya, dan sudra. Kasta brahmana adalah kasta yang terdiri atas para pendeta dan dipandang sebagai kasta tertinggi. Ksatria merupakan kasta yang terdiri atas para bangsawan dan tentara, serta dipandang sebagai kelas kedua. Vaisya merupakan kasta yang terdiri atas para pedagang, dan dipandang sebagai lapisan ketiga. Sedangkan sudra merupakan kasta yang terdiri atas orangorang biasa (rakyat jelata). Di samping itu terdapat orangorang yang tidak berkasta atau tidak termasuk ke dalam varna. Mereka itu adalah golongan paria.
3.      Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Rasial
              Masyarakat rasial adalah masyarakat yang mengenal perbedaan warna kulit. Sistem stratifikasi ini pernah terjadi di Afrika Selatan, di mana ras kulit putih lebih unggul jika dibandingkan dengan ras kulit hitam. Perbedaan warna kulit di Afrika Selatan pada waktu itu memengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut dengan politik apartheid. Dalam politik apartheid, seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan, bahkan pekerjaan ditentukan apakah orang itu termasuk kulit putih ataukah kulit hitam. Walaupun ras kulit putih termasuk golongan minoritas, namun mereka menduduki posisi yang terhormat dibandingkan dengan ras kulit hitam yang mayoritas.
c. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik berhubungan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat, di mana ada pihak yang dikuasai, dan ada pihak yang menguasai. Bentuk-bentuk kekuasaan pada masyarakat tertentu di dunia ini beraneka ragam dengan polanya masing-masing. Tetapi, pada umumnya ada satu pola umum yang ada dalam setiap masyarakat. Meskipun perubahan yang dialami masyarakat itu menyebabkan lahirnya pola baru, namun pola umum tersebut akan selalu muncul atas dasar pola lama yang berlaku sebelumnya.
Bentuk dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola perilaku yang berlaku pada masyarakat. Batas yang tegas antara yang berkuasa dengan yang dikuasai selalu ada, dan batas-batas itulah yang menyebabkan lahirnya stratifikasi atau pelapisan dalam masyarakat.
d. Stratifikasi sosial berdasarkan sistem nilai yang berlaku dan berkembang
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Orang yang bekerja di kantor diangap lebih tinggi statusnya dari pada orang yang bekerja kasar, walaupun mereka mempunyai gaji yang sama. Pengolahan msayarakat didasarkan pada mata pencarian atau pekerjan adalah sebagai berikut :
Ø  Elite, yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
Ø  Profesional, orang yang berijazah atau orang yang bergelar kesarjanaan atau orang dari dunia perdagangan yang berhasil.
Ø  Semiprofesional, yaitu para pegawai kantor, pedagang, teknis berpendidikan menengah dan sebagainya.
Ø  Tenaga terampil, yaitu orang-orang mempunyai keterampilan teknik mekanik, seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris dan stenogrfer.
Ø  Tenaga tidak terdidik, pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
e. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
f. Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria budaya suku dan bangsa
Pada dasarnya, setiap suku bangsa pasti memiliki stratifikasi sosial yang berbeda-beda. Misalnya pada suku Jawa terdapat stratifikasi sosial berdasarkan kepemilikan tanah.
  1. Faktor-faktor Pembentuk Terjadinya Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial pada masyarakat sederhana akan berbeda dengan stratifikasi sosial pada masyarakat modern. Stratifikasi pada masyarakat sederhana, pelampiasan yang terbentuk masih sedikit dan terbatas perbedaannya. Adapun pada masyarakat modern, stratifikasi sosial yang terbentuk semakin kompleks dan semakin banyak. Ada dua tipe stratifikasi sosial dalam masyarakat menurut terbentuknya, yaitu :
1)      Stratifikasi Sosial yang Terjadi dengan Dendirinya dalam Proses Pertumbuhan Masyarakat
Faktor-faktor terbentuknya pelapiasan sosial yang terjadi dengan sendirinya, seperti kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian di dalam kerabat pimpinan masyarakat serta pemilikan harta antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain mempunyai alasan yang berbeda-beda sebagai bentuk pelapiasan sosial.
2)      Stratifikasi Sosial yang Sengaja disusun untuk Mengejar suatu Tujuan Bersama
Stratifikasi sosial yang sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan tentu berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang resmi dalam organisasi formal. Misalnya pemerintahan, badan usaha, partai politik dan angkatan bersenjata. Pada strtifikasi sosial jenis ini, kekuasaan dan wewenang merupakan unsur khusu dalam strtifikasi sosial.
  1. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.
1.      Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota [[masyarakat]] ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama.
2.      Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang [[kaya]] dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3.      Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada [[masyarakat tradisional]], biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada [[masyarakat]], para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4.      Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
5.      Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Keturan berdasarkan golongan kebangsaan atau kehormatan. Contoh gelar Andi di masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa dan Tengku di masyarakat Aceh. Semua gfelar ini diperoleh berdasarkan kelahiran atau keturunan. Apabila seseorang berasal dari keluarga bangsawan secara otomatis ia menepati lapisan atas berdasarkan keturunanya.
  1. Beberapa Fungsi Stratifikasi Sosial
      Berikut di bawah ini beberapa fungsi dari staratifikasi sosial, yang diantaranya seperti berikut ini:
·         Sebagai suatu alat untuk penditribusian hak dan kewajiaban, misalnya seperti: menentukan kedudukan, jabatan, penghasilan seseorang dan lain-lain.
·         Untuk mempersatukan dengan pola menkoordinasikan pada bagian-bagian yang terdapat pada struktur sosial yang gunanya untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.
·         Sebagai penempatan individu atau seseorang pada strata (lapisan) tertentu dalam struktur sosial.
·         Sebagai penentu tingkatan mudah atau tidaknnya bertukar status atau kedudukan dalam struktur sosial.
·         Untuk memecahkan berbagai macam permasalahan yang ada dalam masyarakat.
·         Dan untuk mendorong masyarakat supaya bergerak sesuai fungsinya.
  1. Dampak, Pengaruh dan Analisis dari Stratifikasi Sosial
            1. Dampak Stratifikasi Sosial
Perbedaan stratifikasi sosial memberikan dampak dalam cara menyapa, bahasa dan gaya bicara. Orang kaya kepada miskin atau orang berkuasa kepada orang bawahan akan berbeda cara bicaranya. Begitupula penyebutan gelar, pangkat atau jabatan memberikan petunjuk mengenai status seseorang dalam masyarakat. Selainkan menimbulkan dampak tertentu, stratifikasi sosial juga diperlukan dalam suatu masyarakat. Melalui stratifikasi sosial, setiap masyarakat harus menempatkan individu pada tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan demikan masyarakat menghadapi dua permasalahan, yaitu menempatkan individu tersebut dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.
2.      Pengaruh
Setiap bentuk stratifikasi dalam masyarakat pasti mempunyai konsekuensi tertentu, berikut adalah konsekuensinya :
a.       Timbulnya kelas social
Kelompok social atas akan mengembangkan pola-pola tertentu dan sangat membatasi anggotanya agar berbeda dari kelompok lainnya. Sebaliknya, kelompok yang ada dibawah berusaha meniru kelompok social yang diatasnya. Kelompok yang diatas adalah kelompok yang mempunyai kekuatan ekonomi, yaitu kelompok orang kaya. Mereka mengukur segala sesuatu dengan uang, praktise atau gengsi menjadi bagian dalam hidupnya. Mereka ingin menjadi kelompok yang dipandang tinggi sehingga tidak segan menghamburkan uang demi menjaga gengsinya tersebut.
b.      Kesenjangan sosial
Kesenjangan sosial merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas dengan kelompok bawah. Tentu saja, kesenjangan sosial lebih didominasi oleh perbedaan tingkat ekonomi. Kelompok atas yang kaya, dengan kekayaannya akan kuat untuk bertahan hidup dan sebaliknya untuk kelompok yang bawah yang akan semakin terpinggirkan.
c.       Polarisasi Power
Polarisasi berarti pembagian suatu unsur menjadi dua bagian yang berlawanan, sedangkan power, diartikan sebagai kekuatan. Jadi secara bebas polarisasi power dapat didefinisikan sebagai pembagi kekuatan. Dalam hal ini, masyarakat menjadi dua kelas, yaitu kelas atas dan kelas bawah tidak lagi didasarkan hanya pada kehormatan, tetapi lebih pada unsur kepentingan dan kekuatan dari dua kelompok masyarakat tersebut yang saling berlawanan.

Ø  Analisis Mengenai stratifikasi sosial
Stratifikasi social merupakan masalah yang pelik dalam hubungan sosialisasi masyarakat. Stratifikasi social sering menimbulkan konflik sosial. Staratifikasi sosial ini memberikan fasilatas hidup tertentu dan membentuk gaya hidup bagi masing-masing anggotanya. Stratifikasi sosial ini sering ditemukan didalam masyarakat selama dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai, mungkin berupa uang atau benda-benda bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan ilmu pengetahuan, kesalehan agama, atau keturunan yang terhormat.
Pengaruh atau dampak stratifikasi sosial pada kehidupan masyarakat sangat besar dan berpengaruh. Hal ini dikarenakan kelas sosial yang ada akan menyediakan masyarakat dengan hal-hal yang mereka butuhkan. Adapun dampak stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat adalah :
A.    Eklusivitas
Eklusivitas dapat berupa gaya hidup, perilaku dan kebiasaan mereka yang sering berbeda antara satu lapisan dengan lapisan yang lain. Eklusivitas yang ada sering membatasi pergaulan antara kelas sosial tertentu, orang yang berada pada lapisan atas enggan bergaul dengan kelas sosial bawahnya atau membatasi diri hanya ingin bergaul dengan kelas yang sama.
B.     Etnosentrisme
Etnosentrisme dipahami sebagai mengagungkan kelompok sendiri. Etnosentrisme dapat terjadi dalam stratifikasi sosial yang ada pada masyarakat. Mereka yang berada di kelas atas akan menganggap dirinya sebagai kelompok yang paling baik dan menganggap rendah serta kurang bermartabat kepada mereka yang berada pada stratifikasi sosial kelas bawah.

C.     Konflik Sosial
Perbedan yang ada pada kelas sosial dapat menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial. Jika kesenjangan karena perbedaan tersebut tajam, terjadinya konflik antar kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain semakin tajam pula.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Prof. Dr. H. Tajul Arifin, M.A, Pengantar Sosiologi, Pustaka 2015. Hlm.140
2.      Dr. Phil. Astrid S. Susanto,  Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Binacipta 1985. Hlm.
3.      http//kuswan.wordpress.com/ dampak-stratifikasi-sosial-dalam-kehidupan-masyarakat/2011/12/19/
6.      JBAF Mayor Polak, Sosiologi, Suatu Pengantar Ringkas, Catatan kelima, Jakarta: Balai Buku Ikhtiar, 1966. Hlm. 198

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stratifikasi Sosial

 Latar Belakang Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diteliti. Begitu...